KASUS ABU-ABU


Seorang pengusaha, sebutlah namanya pak Jojo, mengundang hamba-hamba Tuhan untuk hadir di persekutuan doa yang ia adakan di rumahnya. Persekutuan doa tersebut diadakan dua minggu sekali. Dan di tiap akhir persekutuan, pak Jojo meminta para hamba Tuhan mendoakan isterinya yang sedang sakit keras. Dokter telah mem-vonis usia sang isteri hanya tinggal sekitar tiga bulan saja. Pak Jojo pun tidak putus asa, maka ia mengadakan persekutuan doa. Ia percaya, Tuhan akan menyembuhkan isterinya. Akan tetapi,  beberapa waktu kemudian, sesuatu terjadi berlawanan dengan pengharapan pak Jojo, isterinya meninggal dunia. Pak Jojo pun menjadi sangat kecewa, ia menyalahkan Tuhan, dan menganggap Tuhan tidak mampu menjawab doanya. Padahal ia sudah berdoa dengan tekun & penuh kepercayaan. Sejak kematian isterinya, pak Jojo pun menghentikan persekutuan doa, juga semua kegiatan ibadahnya.

Kasus di atas, hanyalah satu dari sekian banyak kasus, yang saya sebut 'kasus abu-abu'. Kasus abu-abu adalah situasi atau keadaan negatif yang tidak teratasi, sekalipun  nampaknya, seseorang telah melakukan satu atau beberapa tindakan rohani tertentu. Sang pengusaha dalam kisah di atas (pak Jojo) mungkin bertanya-tanya, apa yang salah dengan sikapnya. Ia sudah percaya & berharap kepada Tuhan, berdoa dengan tekun untuk kesembuhan isterinya, bahkan meminta hamba-hamba Tuhan mendoakan isterinya juga, namun seakan hasilnya nol. Saya telah bertemu dan mendengar keluhan beberapa orang kristen yang juga bingung, mengapa Tuhan tidak menjawab doa mereka, atau melepaskan mereka dari masalah yang yang mereka alami, sekalipun mereka telah melakukan serangkaian tindakan rohani yang mereka tahu.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan sikap dan tindakan rohani yang telah dilakukan oleh pak Jojo dan beberapa orang kristen itu. Hanya saja ada yang kurang. Kekurangannya memang tidak banyak, hanya satu. Yaitu: mengetahui kehendak Tuhan.



2 Tawarikh 1:7, Pada malam itu juga Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berfirman kepadanya: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."

Saya yakin Anda pasti mengetahui kisah yang melatar belakangi ayat di atas. Ya, Tuhan memberi kesempatan pada Salomo untuk meminta sesuatu dari Tuhan. Banyak yang menyebutnya sebagai kesempatan emas. Nampaknya, Salomo memang mendapat sebuah kesempatan emas, karena bila Tuhan telah mengucapkan sesuatu, maka Ia tidak akan mencabutnya kembali. Namun bila kita jeli, kita tidak akan semudah itu menganggap Salomo mendapat kesempatan emas.
Tuhan bukan memberi kesempatan kepada Salomo untuk meminta apa saja yang ia inginkan. Tuhan memberi kesempatan pada Salomo untuk meminta sesuatu yang hendak Tuhan berikan. Singkatnya, Salomo harus meminta bukan apa yang ia inginkan, tapi apa yang Tuhan ingin berikan kepadanya. Mendoakan kehendak Tuhan.
Apa yang didoakan pak Jojo, meminta kesembuhan bagi isterinya, tidaklah salah, sah-sah saja. Tapi sayangya, doanya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan bagi isterinya. Akibatnya doanya tidak Tuhan jawab.

Matius 6:9-10, "Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga."

Beberapa dari kita mungkin telah 'di luar' kehendak Tuhan. Apakah itu dalam hal doa, atau tujuan dari tindakan-tindakan kita selama ini. Dan tanpa kita sadari, keadaan 'di luar kehendak Tuhan' tersebut telah membawa kita pada kasus abu-abu. Solusi satu-satunya adalah, berhenti sejenak, ambil waktu untuk mencari kehendak Tuhan dalam iman & ketekunan. Dan bila kehendak Tuhan telah Anda dapatkan, sekalipun bertentangan dengan kehendak/keinginan pribadi, segeralah masuki dan jalani kehendak Tuhan tersebut. Maka dengan sendirinya Anda akan terlepas dari kasus abu-abu.

Lukas 22:42, "Ya Bapa-Ku, ... tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
penulis: Yohanes Prima

Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment