MENGUNDANG KEMALANGAN


Tetangga bang Udin kebobolan maling, tepat di hari Minggu. Tetangga bang Udin tersebut adalah keluarga pak Lukas, yang rajin ke gereja tiap hari Minggu. Pak Lukas dan keluarganya kaget bukan main ketika sepulang gereja mendapati banyak barang berharga mereka telah hilang dan pintu belakang rumah dalam keadaan telah terbuka.

Kejadian di hari Minggu itu makin menambah beban dan kesusahan mereka. Sebelumnya, dua kemalangan telah menimpa mereka.
Awalnya, anak sulung pak Lukas mengalami kecelakaan yang menyebabkan sang anak sulung masuk gawat darurat dan harus di opname. Biaya perawatan yang harus dikeluarkan cukup banyak. Disusul dengan pemotongan gaji bulanan pak Lukas oleh perusahaan di mana ia bekerja, akibat krisis ekonomi yang mendera. (Bisa Anda bayangkan bagaimana rasanya mengalami kemalangan-kemalangan semacam itu, terutama bagi keluarga kelas menengah-bawah seperti pak Lukas).
Pada hari Minggu yang naas itu, Pak Lukas berusaha menenangkan keluarganya. Rasanya, mereka punya cukup alasan untuk mempertanyakan kebaikan Tuhan. Namun dengan hati yang gundah pak Lukas tetap menguatkan hati isteri dan anak-anaknya.
Sejujurnya, pak Lukas bertanya-tanya, mengapa kemalangan demi kemalangan menimpa keluarganya dalam waktu yang cukup berdekatan satu sama lain. Mengapa Tuhan seakan membiarkan kemalangan demi kemalangan terjadi. Maksud hati ingin koreksi diri, namun di sisi lain, juga ingin rasanya menyalahkan Tuhan.


Seberapa banyakkah umat Tuhan yang di hari-hari ini mengalami situasi & keadaan seperti keluarga pak Lukas? Walau bertanya-tanya apakah penyebab kemalangan-kemalangan terjadi, namun tetap saja tidak menemukan jawaban. Umumnya, untuk menenangkan diri, mereka menganggap semua kemalangan yang terjadi adalah cobaan dari Tuhan.
Perlu diketahui, di dalam Alkitab tidak pernah disebutkan bahwa Tuhan memberikan kehidupan 'jalan tol', bebas kemalangan pada umat-Nya yang percaya kepadaNya. Tapi Ia menjanjikan kelepasan dari masalah, coba simak Mazmur 34:20. Kemalangan demi kemalangan yang dialami umat-Nya, merupakan sarana Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya, agar umat-Nya dapat menceritakan kebesaran Tuhan pada dunia.

Walau demikian, tahukah Anda, bahwa ada kemalangan-kemalangan yang seharunya tidak perlu terjadi? Dan tahukah Anda, bahwa iblis adalah pribadi yang dapat mengerjakan kemalangan-kemalangan dalam hidup manusia?
Bila Anda memperhatikan kisah hidup Ayub dalam kitab Ayub, kemalangan-kemalangan yang terjadi pada Ayub semuanya dilakukan oleh iblis.
Simak saja Ayub 1:12-21, maka akan didapati bahwa untuk menghabisi seluruh kekayaan Ayub iblis menggerakkan segerombolan penyamun, mendatangkan api dari langit, mendatangkan angin ribut dari seberang padang gurun.

Memang benar Tuhan lah yang mengijinkan iblis dapat sejauh itu pada Ayub, namun semudah itukah? Kenyataannya, iblis melihat ada pagar perlindungan yang melindungi Ayub & seisi rumahnya, yang selama ini menghalangi iblis dapat menyerbu Ayub. Sebuah pagar di alam roh.


Ayub 1:10, "Bukankah Engkau (Tuhan) yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu."Kebenarannya, iblis dapat menyerbu setelah pagar perlindungan runtuh, dan pagar perlindungan runtuh ketika anak-anak Ayub berpesta dengan minum anggur.


Ayub 1:13-15, "Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, ..., datanglah orang-orang Syeba menyerang ..."


Bila dibandingkan Ayub 1:5, maka bisa jadi, ada anak Ayub yang  "sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati" akibat mabuk anggur. Dosa anak Ayub telah meruntuhkan pagar perlindungan, hingga membuka kesempatan pada iblis untuk datang menyerbu.


Apa yang ditulis dalam Pengkotbah 10:8b, itulah yang terjadi atas keluarga Ayub. Ular masuk dan memagut keluarga Ayub sebagai akibat runtuhnya pagar (tembok) perlindungan. 


Pengkotbah 10:8, "..., dan barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular."


Percaya atau tidak, dari sejak perjanjian lama hingga kini, masa perjanjian baru, iblis adalah pencuri kelas wahid, ia tidak berubah. Ia lebih sabar dari yang dapat Anda bayangkan dalam menantikan sebuah tembok perlindungan runtuh. Apa yang dialami keluarga pak Lukas bukanlah kesalahan Tuhan. Bisa jadi, tanpa disadari pak Lukas sendiri, tembok perlindungan Tuhan yang melindungi ia dan keluarganya telah runtuh. Penyebab satu-satunya yang merubuhkan tembok perlindungan adalah dosa. Adalah baik bagi pak Lukas sekeluarga untuk mengoreksi diri dengan hati yang tulus agar mengetahui dosa apa yang telah 'mengundang' kemalangan-kemalangan hadir.


catatan: 
Tuhan adalah Allah yang selalu baik, Ia tak pernah berubah. Bila pikiran yang seperti itu ada dalam hati & pikiran kita, barulah kita dapat mengoreksi diri dengan benar. 
Bila tidak demikian, kita akan selalu mengoreksi diri dengan hati yang cenderung mempersalahkan Tuhan.


Ayub 1:22, "Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."
Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment