wisdom news: KUTUK KEKERINGAN


Kekeringan, yang dimaksud kekeringan di sini adalah suatu keadaan tanpa berkat Tuhan. Dan nampaknya, tanpa bermak-sud menghakimi, ada beberapa umat Tuhan yang kini tidak lagi hidup dalam berkat Tuhan, melainkan kutuk. Gambaran dari keadaan tersebut, bisa kita lihat pada keadaan Adam setelah tanah dikutuk Tuhan. Dikatakan, manusia bersusah payah mencari rejeki, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan (Kejadian 3:17-19).
Anehnya, keadaan tersebut terjadi juga pada umat Tuhan setelah krisis ekonomi muncul. Tanpa disadari, beberapa umat Tuhan telah berpindah posisi yaitu dari posisi diberkati Tuhan ke posisi dikutuk Tuhan. Ada dosa yang dilakukan sebagian umat Tuhan setelah krisis ekonomi muncul. Dan dosa tersebut makin dilakukan umat Tuhan seiring dengan makin meningkatnya krisis ekonomi. Sehingga kutuk kekeringan pun mendatangi mereka.




KEBENARAN TENTANG BERKAT dan KUTUK

Ada 2 kebenaran yang hari-hari ini mau tidak mau harus kita pahami:
1. Hanya ada dua keadaan kehidupan, diberkati atau dikutuk. Artinya, bila seseorang sedang dalam keadaan tidak diberkati Tuhan, itu berarti ia sedang dalam keadaan dikutuk Tuhan, begitu juga sebaliknya
2. Tuhan kita bukan hanya pribadi yang bisa memberkati, tapi juga bisa mengutuk. Karena 'kutuk' adalah bentuk hukuman Tuhan atas seseorang yang berbuat dosa (bila kita telusuri dengan seksama, dari sejak zaman Perjanjian Lama, Tuhan menghukum seseorang dengan cara mengutuk orang tersebut).

KISAH NYATA:
Di Jakarta, ada seorang pendoa syafaat gereja yang cukup aktif melayani, dan di sisi lain merupakan seorang pengusaha yang sukses. Uang bukan sebuah masalah dan sebelum krisis ekonomi ia dan keluarganya hidup dalam kecukupan. Namun keadaan mulai berbalik sedemikian rupa, setelah krisis ekonomi muncul. Bisnisnya mengalami penurunan yang signifikan hingga untuk makan esok hari, hari ini harus pinjam uang. Menyedihkan memang, namun itulah yang terjadi. Dan kisah di atas hanyalah salah satu dari antara kisah-kisah lain yang seirama. Namun sayangnya, beberapa dari umat Tuhan yang mengalami keadaan seperti sang pendoa syafaat di atas, tidak mengetahui dengan pasti penyebab penurunan usaha & keuangan mereka, kecuali karena krisis ekonomi yang sedang terjadi.

Krisis ekonomi yang muncul di tahun 1997 lalu (dan masih berlangsung hingga kini), sebenarnya tidak bisa begitu saja kita tuding sebagai 'biang kerok' utama kejatuhan usaha & keuangan kita. Karena umat Tuhan bukanlah jenis umat yang mudah dijatuhkan oleh masalah. Lebih tepat bila kita menyebut 'krisis ekonomi' sebagai pendorong diperbuatnya dosa yang menyebabkan kutuk kekeringan datang. Dan dosa yang dimaksud disebut dalam ayat berikut:

Yeremia 17:5, Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”

Bentuk kutuk:

Yeremia 17:6, "Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."

Kalimat di atas adalah kalimat berbentuk kutuk yang diucapkan Tuhan untuk menghukum orang yang tidak sepenuhnya bersandar pada Tuhan dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan = KUTUK KEKERINGAN.
Dosa "mengandalkan/bersandar pada yang bukan Tuhan" adalah salah satu dosa yang muncul dalam hati dan sikap orang setelah krisis ekonomi datang (tidak disangkal juga, bahwa dosa ini juga telah ada bahkan sebelum krisis ekonomi. Namun pada beberapa orang, dosa ini baru muncul pada bidang keuangan & usaha setelah krisis ekonomi, atau ada juga, dosa ini meningkat levelnya setelah krisis ekonomi). 


Dosa ini telah membuat orang yang awalnya dalam keadaan diberkati Tuhan kemudian berganti keadaan menjadi dikutuk oleh Tuhan.
Yang menjadi pertanyaanya adalah, "Mengapa krisis ekonomi sanggup mendorong orang beralih dari mengandalkan Tuhan ke mengandalkan yang bukan Tuhan? Karena, krisis ekonomi telah menjadi sesuatu yang menakutkan/menggentarkan juga melumpuhkan kekuatan batin/mental bahkan fisik seseorang. Ketakutan, kekuatiran & kelumpuhan inilah yang kemudian membelokkan arah hati orang berharap pada sesuatu/seseorang yang bukan Tuhan.
Pertanyaan berikutnya yang patut dipertanyakan, "Mengapa orang menjadi takut & gentar pada krisis ekonomi? Jawabannya adalah, karena orang terintimidasi oleh besarnya masalah ekonomi, usaha dan keuangan yang timbul karena krisis ekonomi. Perlu diketahui, roh intimidasi selalu berusaha menggunakan masalah/keadaan negatif untuk mengintimidasi hati kita. Roh jahat ini telah bekerja begitu luarbiasa di dunia akhir-akhir ini dan ia telah berhasil menjatuhkan banyak orang termasuk umat Tuhan. Sasaran utama roh intimidasi adalah melemahkan batin (hati) manusia. Dan ketika batin (hati) manusia telah menjadi lemah maka dengan sendirinya manusia tidak akan sanggup menghadapi & mengatasi masalah atau penderitaannya. Kekalahan yang sebenarnya dimulai dari melemahnya batin (hati) manusia.

Amsal 12:25, "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"

Amsal 24:10, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."

Amsal 18:14, "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"

Pada hari-hari ini makin banyak orang (umat Tuhan) yang telah gagal melihat kebenaran sekaligus kenyataan, bahwa Tuhan lebih besar dari masalah yang paling besar sekalipun. Mata hati mereka cenderung melihat pada besarnya masalah sehingga mereka mulai berharap bukan kepada Tuhan. 

Kutuk kekeringan yang datang dalam usaha, karir, dan keuangan, tidak bisa di atasi begitu saja dengan cara-cara yang kita anggap hebat. Karena akar masalah yang sebenarnya adalah dosa mengandalkan manusia atau sesuatu yang bukan Tuhan. Dengan kata lain, bila kekeringan telah datang dan menyusahkan hidup kita, maka langkah terbaik kita adalah, rendahkan hati kita di hadapan Tuhan, bertobat, kemudian kembali mengandalkan Tuhan, serta minta hikmat yang tepat dari Tuhan untuk menghadapi masalah kita.

SOLUSI LEPAS DARI KUTUK KEKERINGAN

1. Rendahkan hati, bertobat dari dosa mengandalkan manusia atau sesuatu yang bukan Tuhan
2. Percaya, andalkan Tuhan (bersandar pada Tuhan) kembali.

Yeremia 17:7, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"

DOWNLOAD ARTIKEL SENTUHHIKMAT



loading...
Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment